Mengenal Lebih Dekat Penyakit Kanker

Oleh:
apt. Meidi Utami Puteri, M.Sc., Ph.D.
Dr. apt. Heri Setiawan, M.Sc.

“Berdasarkan data tahun 2019, kanker masih menjadi peringkat ke 1-2 penyebab kematian bagi orang berumur di bawah 70 tahun di lebih dari 180 negara. Secara umum di seluruh dunia dan Indonesia, angka kejadian dan kematian kanker meningkat terus setiap tahunnya, merefleksikan efek penuaan populasi dan perubahan sosio-ekonomi. Penyakit kanker pun identik dengan kesan sebuah penyakit mematikan yang tidak bisa sembuh dan tidak ada obatnya. Tapi apakah benar penyakit kanker tidak ada obatnya? Artikel ini hadir sebagai edukasi bagi masyarakat tentang penyakit kanker untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang definisi, pencegahan, dan pengobatan yang dapat dilakukan dalam menangani penyakit kanker”

DEFINISI KANKER

Kanker didefinisikan sebagai sekelompok penyakit tidak menular yang berasal dari pertumbuhan abnormal sel di dalam tubuh. Sel dengan karakteristik pembelahan abnormal tersebut disebut sel tumor. Sel-sel tumor kemudian berkembang menjadi jaringan yang disebut jaringan tumor yang dapat bersifat jinak (benign) atau ganas (malignant). Sel/ jaringan tumor yang bersifat ganas ini kemudian berpotensi menimbulkan penyakit kanker karena dapat terus-menerus membelah dan membesar kemudian merusak jaringan normal di sekitarnya lalu menimbulkan gejala/ keluhan pada pasien. Sel/jaringan tumor ini juga memiliki kesempatan untuk menyebar ke jaringan lain, fenomena tersebut disebut sebagai metastasis. Metastasis diketahui menjadi penyebab umum dari komplikasi dan kematian akibat kanker. Penyakit kanker juga biasa dikenal dengan penyakit neoplasma.

Gambar 1. Ilustrasi perbandingan jaringan normal dan kanker

JENIS-JENIS PENYAKIT KANKER

Kanker merupakan penyakit heterogen yang dapat diklasifikasikan berdasarkan secara histologi (karakteristik jaringan tumor) atau lokasi/organ di mana kanker ditemukan. Lima kategori utama kanker berdasarkan karakteristik histologisnya, adalah: karsinoma; sarkoma; mieloma; leukemia; dan limfoma. Selain itu, ada juga beberapa jenis campuran. Berdasarkan lokasi dimana kanker itu tumbuh, jenis kanker paling sering ditemukan diantaranya kanker paru-paru, kanker payudara pada wanita, kanker prostat, kanker usus besar dan rektum, dan kanker rahim.

TANDA DAN GEJALA KANKER

Beberapa tanda atau gejala dapat dijadikan peringatan bahwa seorang individu sedang mengidap penyakit kanker, namun perlu diperhatikan bahwa tanda/ gejala dibawah ini juga dapat ditimbulkan oleh sebab lain selain kanker. Tanda atau gejala yang biasanya ditemukan pada pasien pengidap kanker diantaranya: 

  • Muncul/ adanya benjolan yang tidak biasa 
  • Rasa sakit atau nyeri berkepanjangan tanpa sebab yang tidak kunjung hilang
  • Rasa kelelahan berkepanjangan yang tidak hilang meski sudah istirahat
  • Batuk atau sesak napas berkepanjangan
  • Penurunan berat badan secara drastis tanpa sebab
  • Terjadi perubahan warna atau tekstur pada kulit
  • Perdarahan tidak normal.

Apabila merasakan salah satu tanda atau gejala dari yang disebutkan diatas, seseorang memang patut waspada, namun bukan berarti menjadi terlalu khawatir, apalagi sebelum memeriksakan diri ke dokter. Penegakkan diagnosis penyakit kanker tetap akan dilakukan oleh dokter yang didasarkan bukan hanya pada analisa gejala pada pasien tapi juga dengan pemeriksaan lebih lanjut secara mendetail dan menyeluruh, seperti pemeriksaan laboratorium lengkap, riwayat penyakit keluarga, CT-scan dan MRI.

FAKTOR RISIKO PENYEBAB KANKER

Meskipun penyebab utama penyakit kanker pada umumnya sulit ditentukan namun beberapa faktor telah diidentifikasi sebagai faktor risiko penyakit kanker, diantaranya, 

  • Riwayat keluarga/ faktor genetik
  • Usia (penuaan)
  • Merokok
  • Paparan sinar UV atau sinar radiasi
  • Paparan bahan-bahan kimia
  • Paparan virus dan bakteri
  • Ketidakseimbangan hormon dalam tubuh
  • Konsumsi alkohol 
  • Diet yang tidak sehat
  • Kelebihan berat badan

Tentunya beberapa penyebab kanker ini dapat dicegah dengan modifikasi gaya hidup dan manajemen terapi yang tepat, namun faktor risiko seperti riwayat keluarga dan usia tidak dapat dicegah.

PENCEGAHAN KANKER

Sebesar 30% – 50% kematian akibat penyakit kanker dapat dicegah dengan memodifikasi atau menghindari faktor risiko utama pemicu kanker yang berbasis bukti ilmiah. Pencegahan kanker juga merupakan sebuah strategi jangka panjang yang paling hemat biaya sebagai bentuk upaya pengendalian penyakit kanker dibandingkan pengobatan kanker itu sendiri. Penyakit kanker juga dapat dicegah melalui deteksi dini kanker. 

Beberapa hal yang dapat dilakukan sebagai upaya pencegahan penyakit kanker diantaranya,

  • Menghindari penggunaan tembakau/ merokok
  • Menjaga berat badan yang ideal
  • Mengatur pola makan makanan yang sehat dan bergizi dengan komposisi banyak buah dan sayuran
  • Berolahraga secara teratur
  • Membatasi penggunaan alkohol
  • Mendapatkan vaksinasi terhadap Hepatitis B dan human papillomavirus (HPV)
  • Mengurangi paparan radiasi dan sinar ultraviolet (UV)
  • Menghindari polusi udara 
  • Melakukan general health check-up secara berkala

PENGOBATAN KANKER

Seorang pasien kanker akan lebih merespon pengobatan kanker secara efektif ketika kanker tersebut diidentifikasi lebih awal dan belum menyebar ke jaringan lain (metastasis). Hal ini akan menghasilkan kemungkinan yang lebih besar untuk sembuh dan bertahan hidup serta dengan morbiditas (kesakitan) yang lebih sedikit dan juga biaya pengobatan yang lebih murah.

Pilihan pengobatan seperti:

  • Pembedahan (pengangkatan jaringan tumor)
  • Radioterapi (pengobatan kanker yang memanfaatkan sinar radiasi dosis tinggi untuk membunuh sel kanker)
  • Pemberian obat-obatan antikanker (kemoterapi atau target terapi), dapat diberikan secara tunggal atau dalam bentuk kombinasi. 

Tim dokter ahli secara profesional akan merekomendasikan dan menyusun rencana perawatan terbaik berdasarkan jenis tumor, stadium kanker, kondisi klinis, dan faktor lainnya yang ada pada pasien. Hal tersebut menyebabkan pengobatan kanker akan sangat beragam antar pasien. Pilihan pengobatan pasien juga biasanya dengan mempertimbangkan kapasitas sistem kesehatan yang tersedia. Perawatan penderita kanker mencakup rencana terperinci untuk memantau kekambuhan kanker dan deteksi kanker baru, menilai dan mengelola efek jangka panjang yang terkait dengan kanker dan/atau pengobatannya, dan layanan untuk memastikan bahwa kebutuhan penderita kanker terpenuhi. Perawatan paliatif, yang berfokus pada peningkatan kualitas hidup pasien dan keluarganya, juga merupakan komponen penting dari perawatan kanker. Terlebih jika pasien mengidap kanker stadium lanjut dengan angka harapan sembuh yang kecil. 

OBAT-OBATAN ANTIKANKER

Dalam keadaan normal, tubuh memiliki regulasi yang ketat dalam mengatur keseimbangannya bahkan sampai kepada tingkat seluler, termasuk diantaranya proses pembelahan, kematian, dan diferensiasi sel. Ketika proses-proses tersebut terganggu maka timbulah penyakit kanker dimana sel membelah sangat cepat diluar kendali, sel tidak berdiferensiasi sebagaimana mestinya, dan program kematian sel yang ikut terganggu. Oleh karena itu, intervensi farmakologis yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan obat-obatan yang bersifat sitotoksik (dapat mematikan sel) atau neoplastik (dapat menghambat pembelahan sel). Secara umum obat-obatan antikanker dapat dibagi menjadi dua yaitu,

  1. Golongan obat kanker sitotoksik

Obat sitotoksik adalah golongan obat-obatan konvensional dalam pengobatan kanker karena efeknya yang dapat membunuh sel kanker. Ada beberapa golongan obat kemoterapi dengan mekanisme kerja berbeda namun dengan prinsip yang sama, yaitu untuk menghentikan pembelahan sel kanker dengan harapan dapat mencegah sel kanker tumbuh dan berkembang bahkan menyebar ke jaringan lain. Sayangnya, obat-obatan kemoterapi ini bekerja secara umum dan luas sehingga ia juga dapat menyerang sel normal pada tubuh manusia yang menyebabkan beratnya efek samping yang akan dialami pengidap kanker saat menjalani kemoterapi. Contoh obat-obatan dalam golongan ini adalah

  • Agen pengalkilasi (Alkylating Agents): Siklofosfamid, senyawa triazena (dakarbazin, temozolomid), garam-garam logam (sisplatin, karboplatin, oksaliplatin, satraplatin)
  • Antimetabolit: analog folat (aminopterin dan metotreksat), analog purin (mercaptopurine), analog pirimidin (fluorourasil, gemsitabin, kapesitabin)
  • Antimitotik: paklitaksel, dosetaksel, kabasitaksel
  • Antibiotik sitotoksik: puromisin, daunomisin/ daunorubisin, adriamisin/ doksorubisin.
  1. Golongan obat kanker dengan target spesifik

Berangkat dari keinginan para penliti untuk mengambangkan obat kanker yang lebih efektif dan minim efek samping, maka terwujudlah obat-obatan antikanker yang secara spesifik dapat membunuh hanya sel kanker dengan efek yang minim terhadap sel normal lainnya. Mekanisme kerja dari golongan obat ini pun sangat beragam dengan prinsip yang sama yaitu, menargetkan jalur persinyalan/molekul yang berperan penting bagi pertumbuhan sel kanker yang banyak atau hanya diekspresikan secara spesifik oleh sel kanker. Sampai saat ini golongan obat-obatan target terapi untuk kanker masih terus diteliti dan dikembangkan, namun sudah ada beberapa obat antikanker bertarget terapi yang tersedia, diantaranya adalah: 

  • Epidermal Growth Factor Receptor (EGFR) monoclonal antibody (mAB) adalah antibodi monoklonal yang pertama kali dikembangkan sebagai terapi anti kanker dengan target spesifik EGFR, contohnya yaitu, panitumumab and cetuximab
  • Inhibitor molekul kecil /small molecules inhibitors: Inhibitor dengan target spesifik pada protein kinase, contohnya yaitu, sorafenib
  • Terapi kanker imunoterapi: menstimulasi sistem imun dalam tubuh untuk menyerang sel kanker: Anti PD1/PDL1 mAB, contohnya yaitu, nivolumab dan avelumab)

“Beban yang diakibatkan dari penyakit kanker terus meningkat secara global, memberikan tekanan fisik, emosional, dan keuangan yang luar biasa pada pasien, keluarga, komunitas, dan sistem kesehatan. Sejumlah besar pasien kanker di beberapa negara dengan sistem dan fasilitas kesehatan yang masih belum memadai, tidak memiliki akses untuk mendapatkan diagnosis dan pengobatan berkualitas secara tepat waktu. Namun, di beberapa negara dengan sistem kesehatan yang kuat, tingkat kelangsungan hidup pasien berbagai jenis kanker pun dapat meningkat berkat mudahnya akses untuk deteksi dini dan pengobatan berkualitas serta berkelanjutan.” 

World Health Organization

Referensi

    • Bray F, Ferlay J, Soerjomataram I, Siegel RL, Torre LA, Jemal A. Global cancer statistics 2018: GLOBOCAN estimates of incidence and mortality worldwide for 36 cancers in 185 countries. CA Cancer J Clin. 2018;68(6):394-424.
    • Falzone L, Salomone S, Libra M. Evolution of Cancer Pharmacological Treatments at the Turn of the Third Millennium. Front Pharmacol. 2018;9:1300.
    • Hanahan D, Weinberg RA. Hallmarks of cancer: the next generation. Cell. 2011;144(5):646-74.
  • John P. Cunha, DO, FACOEP. Cancer Risk Factors and Causes. [Available from https://www.medicinenet.com/cancer_causes/article.htm]

Hepatitis Akut

HEPATITIS AKUT BARU MENIMBULKAN KEPARAHAN PADA ANAK
Oleh : apt. Hindun Wilda Risni, M.Farm dan apt. Rani Sauriasari, M.Med.Sci., Ph.D

Baru-baru ini, dunia cukup dikagetkan dengan berita hepatitis misterius yang terjadi di berbagai belahan dunia. Pada 5 April 2022, sebanyak 10 kasus hepatitis akut parah pada anak berusia 11 bulan – 5 tahun teridentifikasi di Skotlandia dengan gejala jaundice (kulit kekuningan), diare, muntah, dan nyeri perut. Pada tanggal 15 April 2022, World Health Organization (WHO) selanjutnya menetapkan hepatitis akut sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB).1 Laporan kasus hepatitis kemudian bermunculan dari negara-negara lain hingga mencapai 191 kasus probable (mungkin) per 27 April 2022.2 Di Indonesia, per 9 Mei 2022, menteri kesehatan mengungkap 15 kasus hepatitis akut telah terjadi. Sebagian besar anak yang menderita penyakit ini pada akhirnya sembuh, namun WHO telah mengkonfirmasi bahwa 17 anak telah menjalani transplantasi hati dan 1 anak dilaporkan meninggal.2,3

Definisi kasus

Definisi yang berlaku per 25 April 2022 dalam penentuan kasus hepatitis oleh WHO dan European Centre for Disease Prevention and Control (ECDC) adalah sebagai berikut4:

  1. Terkonfirmasi: saat ini belum tersedia (N/A)
  2. Probable:seseorang dengan hepatitis akut (non HepA-E) dengan transaminase serum >500 IU/l (AST atau ALT), yang berusia <16 tahun, sejak 1 Oktober 2021
  3. Epidemiologically-linked: seseorang (usia berapa pun) dengan hepatitis akut (non HepA-E) yang mengalami kontak dekat dengan kasus probable, sejak 1 Oktober 2021.

Dalam kasus epidemiologically-linked (berhubungan secara epidemiologis), seseorang dianggap berpotensi telah terpapar penyebab infeksi. Definisi kasus kemungkinan dapat berubah seiring dengan perkembangan kasus.

Penyebab

Etiologi atau penyebab kasus hepatitis baru ini masih belum diketahui secara pasti, sementara hasil uji laboratorium telah menyingkirkan kemungkinan infeksi virus hepatitis A, B, C, D, dan E. Setidaknya 74 kasus anak yang mengalami hepatitis ini terbukti memiliki adenovirus tipe 41 di tubuhnya.5 Adenovirus adalah virus tanpa envelope dengan genome dsDNA (double-stranded DNA) linear yang pada manusia diklasifikasikan ke dalam lebih dari 50 tipe serologi yang berbeda. Serotipe yang berbeda menyebabkan manifestasi klinis yang berbeda pula. Adenovirus tipe 41 dikenal sebagai virus yang menyebabkan gastroenteritis dan diare pada anak-anak, dengan berbagai bukti epidemik telah terdokumentasi di sekolah-sekolah dan rumah sakit.6 Transmisi atau penyebaran adenovirus terjadi ketika adanya kontak langsung dengan individu terinfeksi melalui inhalasi droplet (air liur) atau melalui rute faecal-oral (penularan melalui mulut dari makanan, minuman, atau benda lain yang terkontaminasi kotoran individu yang terinfeksi virus). Transmisi dapat terjadi juga secara tidak langsung melalui objek terkontaminasi.7

Sebelum kasus hepatitis misterius merebak, hepatitis belum pernah dilaporkan terjadi pada orang yang terinfeksi adenovirus tipe 41. Jika terjadi hepatitis pun, pada anak-anak dengan imunitas lemah umumnya tidak menimbulkan gejala atau gejala cenderung ringan dan bersifat self-limiting (sembuh dengan sendirinya). Sementara pada kasus hepatitis misterius saat ini, beberapa anak bahkan membutuhkan transplantasi hati. Oleh sebab itu, hepatitis ini diduga disebabkan oleh faktor tambahan lain yang menyebabkan gejala menjadi lebih parah.2 Untuk memastikan penyebab dan penyebaran infeksi, pihak terkait masih terus melakukan investigasi.

Gejala dan Tes/Uji Laboratorium

Periode inkubasi adenovirus pada saluran pernapasan diperkirakan antara dua hingga 14 hari, sedangkan pada saluran enterik (berkaitan dengan pencernaan di usus) antara tiga hingga 10 hari.7 Gejala pada kasus yang ditemukan terdiri dari jaundice, diare, muntah, dan nyeri perut. CDC memberikan himbauan kepada para orang tua untuk berhati-hati ketika terjadi gejala inflamasi hati pada anak, yaitu demam, kelelahan, nafsu makan berkurang, mual, muntah, nyeri perut, urin berwarna gelap, kotoran berwarna terang, nyeri sendi, dan jaundice.8

 Jika dikaitkan dengan adenovirus, virus ini dapat terdeteksi melalui tes antigen, PCR (Polymerase Chain Reaction), dan tes serologi virus, dengan menggunakan berbagai sampel bergantung gejala yang dialami pasien. Di Indonesia sendiri, menteri kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyampaikan bahwa protokol pengawasan kasus hepatitis akut parah telah disiapkan. Pada saat ini, tes yang disarankan adalah tes AST (SGOT) dan ALT (SGPT), suatu enzim hati yang jika nilainya melebihi batas normal mengindikasikan adanya gangguan pada hati. Belum ada himbauan khusus bahwa masyarakat harus melakukan tes lanjutan untuk mendeteksi adanya adenovirus.

Pencegahan dan pengobatan

Pengobatan hepatitis umumnya bersifat suportif, yaitu dengan memberikan hidrasi dan manajemen suhu. Organ hati pada dasarnya memiliki kemampuan regenerasi sehingga dalam beberapa hari atau minggu, penderita hepatitis dapat sembuh dengan terapi suportif. Pengobatan khusus mungkin dibutuhkan untuk kasus-kasus tertentu.3 Jika dikaitkan dengan adenovirus sebagai virus yang diduga menyebabkan hepatitis, terapi antivirus saat ini masih terbatas. Vaksin yang beredar dan telah disetujui oleh FDA (Food and Drug Administration) Amerika adalah vaksin untuk adenovirus tipe 4 dan 7.7 Kasus hepatitis ini masih dalam investigasi berbagai otoritas kesehatan di berbagai negara sehingga belum ada rekomendasi pengobatan yang spesifik.

Masyarakat dihimbau untuk tidak panik menghadapi kasus ini, namun pencegahan tetap harus menjadi perhatian. Selain memantau adanya gejala hepatitis, upaya pencegahan infeksi dan penyebaran virus yang dapat dilakukan oleh masyarakat, khususnya para orang tua, adalah memastikan dan membantu anak-anaknya untuk menjaga kebersihan tangan, menutup mulut dan hidung saat bersin dan batuk dengan menggunakan tisu/handuk atau dengan bagian dalam lengan, dan mengajarkan anak untuk tidak menyentuh mata, hidung, atau mulut mereka dalam keadaan tangan yang kotor.8 Mengingat potensi penyebaran virus dapat melalui saluran cerna dan saluran napas, Kementerian Kesehatan RI lebih jauh menghimbau pencegahan hepatitis akut pada anak dengan melakukan cara-cara berikut,

Pencegahan infeksi melalui saluran cerna:

  1. Rutin cuci tangan dengan sabun
  2. Pastikan makanan dalam keadaan matang dan bersih
  3. Tidak bergantian alat makan dengan orang lain
  4. Hindari kontak dengan orang sakit
  5. Menjaga kebersihan rumah dan lingkungan

Pencegahan infeksi melalui saluran napas:

  1. Kurangi mobilitas
  2. Gunakan masker jika bepergian
  3. Jaga jarak dengan orang lain
  4. Hindari keramaian atau kerumunan

REFERENSI

  1. World Health Organization (15 April 2022). Disease Outbreak News; Acute hepatitis of unknown aetiology – the United Kingdom of Great Britain and Northern Ireland. Available at: https://www.who.int/emergencies/disease-outbreak-news/item/acute-hepatitis-of-unknown-aetiology—the-united-kingdom-of-great-britain-and-northern-ireland
  2. Mücke MM, Zeuzem S. The recent outbreak of acute severe hepatitis in children of unknown origin – what is known so far. J Hepatol. 2022 May 6:S0168-8278(22)00271-9. doi: 10.1016/j.jhep.2022.05.001. Epub ahead of print.
  3. Mahase E. Hepatitis in children: What’s behind the outbreaks? BMJ. 2022 Apr 26;377:o1067. doi: 10.1136/bmj.o1067.
  4. World Health Organization (23 April 2022). Disease Outbreak News; Multi-Country – Acute, severe hepatitis of unknown origin in children. Available at: https://www.who.int/emergencies/disease-outbreak-news/item/2022-DON376
  5. Aricò, M.; Caselli, D. Acute, Severe Hepatitis of Unknown Origin: Should We Really Be Afraid of Another Obscure Enemy of Our Children? Pediatr. Rep. 2022, 14, 217–219. https://doi.org/10.3390/ pediatric14020029
  6. Lynch III JP, Kajon AE. Adenovirus: epidemiology, global spread of novel serotypes, and advances in treatment and prevention. Semin Respir Crit Care Med. 2016;37(04):586-602. Available at: https://www.thieme-connect.com/products/ejournals/html/10.1055/s-0036-1584923
  7. European Centre for Disease Prevention and Control (28 April 2022). Increase in severe acute hepatitis cases of unknown aetiology in children. Available at: https://www.ecdc.europa.eu/sites/default/files/documents/RRA-20220420-218-erratum.pdf
  8. Central for Disease Control and Prevention. (6 May 2022). Overview: Children with Hepatitis of Unknown Cause. Available at: https://www.cdc.gov/ncird/investigation/hepatitis-unknown-cause/overview-what-to-know.html.